Kemarin, aku beserta senja bercakap panjang lebar tanpa jeda dengan semua ciri khas kami yaitu berdebat lelucon hingga tertawa terpingkal-pingkal.
Kami selalu asik bercakap seperti alam ini milik kita berdua. Percakapan tanpa jeda berakhir begitu saja, ketika titik temu tergapai, senja tak mengucapkan apa-apa padaku.
Senja hanya melemparkan senyum khasnya padaku dan ia memilih bungkam seribu bahasa, sungguh terasa sangat kaku.
Entah mengapa, senja berubah setelah 12 jam percakapan kami kemarin. Selama kami bertemu, tiada kata yang ia lontarkan padaku.
Sikapnya berubah, mengapa aku menjadi resah? Dan mengapa aku jadi rindu akan kehangatan sikapnya?
Ia berubah, semua menjadi terasa berbeda, kami seperti asing ketika bertemu kembali...
Terlintas dalam benakku, senja hanya ingin bungkam dan memilih menjauh dariku sementara.
Kupikir ia sedang bosan bercakap denganku. Sekarang aku tahu bagaimana harus bersikap biasa saja pada senja.
Aku percaya senja tidak berubah secepat itu, aku percaya kita akan kembali bercakap seperti biasa, ya aku hanya langit yang terlambat mengetahui sikap dan tindakan sederhana senja yang begitu sangat mendalam dan menggantung di benakku saat ini.
Aku hanya langit biasa, tanpa senja dan sekitarnya, aku bukan siapa-siapa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar