Rabu, 22 Mei 2019

Dunia Fantasi - Sajak vs Cerpen



Sepanjang perjalanan, huru hara manusia memenuhi area wahana permainan. 

Di setiap sisi kanan dan kiri mereka berdesak-desakan. Katanya mereka suka dengan wahana roller coaster  yang mengundang teriakan. 

Aku bertanya-tanya. 
Kau mengangguk-ngangguk kepala saja. 

Seperti boneka beruang yang dipajang dekat stir mobil ayahku, mengangguk-ngangguk saja tanpa tahu apa yang sedang dibicarakan ataupun ditanyakan. 

Kau tak suka,bertutur panjang lebar 
Kau hanya suka mendengar aku bertutur tentang laporan deadline tugasku yang belum usai. 

Berkelana itulah favoritmu, kakimu seakan tak lelah berlari-lari kesana kemari mengantri wahana permainan yang ingin kau tunggangi. 

Aku hanya berkhayal menatapmu seakan kau punya sayap,agar kau tak lelah berlari. 

Otot kakimu bisa saja membengkak, semenit lagi. 

Kau mengejutkanku kala kepalaku sedang dipenuhi dengan khayalan imajinasi. 

Namun, kau tak mengurungkan niat untuk memberi alasan mengapa kita berada di dunia fantasi seperti ini. 

Kau bertutur,karena aku suka berimajinasi kau menambahkan kembali bumbu imajinasi pada otakku kala kita berada di dunia fantasi ini. 

Kau lebih suka diam lalu mewujudkan, daripada banyak bicara tapi kau menggantungkan angan-angan. 

Kau memilih wahana berputar-putar itu. 
Aku memilih diam merutuki kebodohanku, memilih ya atau tidak pada ajakanmu. 

Terlalu lama berpikir pada ya atau tidak, kau memilih menarikku untuk ikut menunggangi wahana permainan berputar-putar itu. 

Kau tertawa terpingkal-pingkal kala wahana permainan yang kita tunggangi berputar-putar kencang dan suaraku berteriak menggelegar untuk meminta turun dari wahana permainan tetapi tidak diindahkan.

Sudah berhenti berputar, sudah berhenti berimajinasi. Denyut kepalaku terasa riuh menggebu-gebu seperti konser Rolling Stones.

Sampai-sampai kau memilih wahana permainan selanjutnya, permainan pesawat jungkat-jungkit berputar 180  derajat tanpa tahu saat ini denyut kepalaku lebih riuh daripada suara keramaian yang ada.

Langit yang terang mendadak menjadi gelap seakan tahu tentang denyut kepalaku yang riuh, Langit memihakku. 

Aku bertanya-tanya padamu, mengapa aku yang kau pilih untuk kau ajak berputar-putar,berlari bahkan melompat-lompat. 

Mengapa tidak abang tukang sate dekat rumahmu yang kau pilih? 

Ia hanya akan menyisakan tusukan sate dan sambal kacang, yang akan selalu kau ingat-ingat aromanya yang tajam menusuk. 

Mengapa tidak abang tukang bakso yang kau pilih? 

Ia akan menyisakan 5 liter kuah bakso untukmu, supaya kau tidak lagi risau jika kuah baksomu habis terlebih dahulu. 

Lagi-lagi kau mengangguk-ngangguk kepala saja. 

Dari fajar terbit hingga senja pamit, kau tak memerlukan dan menerima pertanyaan bahkan jawaban yang membutuhkan alasan. 

Pada sorot matamu, menyorot Langit yang sekarang sudah menjadi malam. 
Langit malam yang menampakkan bintang paling terang. Bintang Sirius yang kau perhatikan dengan serius. 

Pikirku, kau jatuh hati pada Sirius di Langit malam ini. 
Sirius juga nampak serius menatapmu. 

Aku mencari-cari abang tukang sate saja daripada harus melihatmu bersikap serius menatap Langit seperti ini.

Kau menghadangku dengan sorot mata seperti Sirius.Terang dan terasa dingin seperti Pluto. 

Nampaknya aku salah meninggalkanmu seorang menatap Sirius di Langit malam. 

Nampaknya abang tukang sate yang kucari mendadak sibuk melompat-lompat di konser Rolling Stones. 

Kau seakan seperti ombak yang meluluh lantakan keadaan hening seperti ini.

Kau mulai bertutur "Aku Sirius di langit fantasimu yang sekarang menjelma menjadi Sirius di Langit malammu" 

Dimensi waktu membeku
Kala titik temu menyatu
Kala kita tak lagi beradu
Namun saling mengadu tentang ragu 
Ragu yang berpadu mendadak menjadi bisu
Kita mendadak membatu
Pada kata menunggu 

Hening yang begitu lama menghampiri kita
Perlahan mencairkan suasana

Kita pun tertawa renyah sekali, tertawa merutuki kebodohan masing-masing, melupakan tuturmu yang kupikir itu ambigu. Seakan tahu bahwa kita adalah Pluto dan Mars . Seakan tahu beberapa jam yang lalu membeku pada keadaan tak menentu, lalu kembali meleleh pada waktu yang  lama.

Dunia Fantasi kau cukup serius seperti Sirius dengan kilau cahayanya yang sangat terang di Langit malam yang tak kupahami tetapi aku tertawa renyah sekali. Sekian kalinya aku ambigu. 



















































2 komentar:

  1. hayhay salam kenal dari aku @fidiar
    tulisanmu bagus lhoo
    klo bisa ntar2 ajarin aku buat edit2 apa apa ajalah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank's atas apresiasinya, salam kenal juga ya 😊. Boleh banget kita belajar bareng hehe. Btw thank's juga ya sudah berkunjung ke blogku 😊

      Hapus