Pict by : Fidiar |
Sirius menautkan kedua alisnya.Setelah hampir 10 menit harus
mengiyakan ajakan Crista atau tidak, Sirius mengikuti ajakan Crista untuk
berkaraoke bersama.
“Kita penakluk duniaaa, di atas awan kita kan menanggg,”
Teriak keduanya menyanyikan lagu nidji yang berjudul diatas awan.
Mereka bernyanyi seraya melompat kesana kemari dan juga
menari bebas untuk sesekali , setelah hampir satu jam Sirius menghentikan
kegiatannya.
“Haduhhh haus juga ya teriak-teriak sambil nyanyi,” Celetuk
Sirius dengan napas memburu.
“Tapi seru kan?” Tanya Crista seraya menuangkan air putih ke
gelas.
“Iya sih lumayan, energi aku abis nih teriak-teriak,” Ucap
Sirius dengan napas yang memburu.
“Kamu gak biasa ya lakuin hal yang buat kamu tuh bisa
terbang bebas walaupun badai akan selalu ada?” Tanya Crista.
“Kamu kan udah hafal
Ta, kegiatan aku kayak gimana,” Ucap Sirius.
“Selain jail kamu
terlalu serius,” Ucap Crista seraya memberikan segelas air kepada Sirius.
“Apa karena namaku Sirius, sifatku serius. Itu maksud kamu?”
Tanya Sirius.
“Iya kamu serius banget sih, sekali-kali perlu untuk
bebaskan sayap kamu untuk pergi jauh dari tempatmu,” Ucap Crista menyenggol
lengan Sirius dengan sikutnya.
“Meskipun hidup akan selalu berjalan, masalah kamu belom
selesai. Kamu perlu untuk merenggangkan tali pengikat sebentar yaitu ketika
kamu ambil waktu terbaik untuk diri kamu sendiri,” Ucap Crista lagi.
Sirius, memang suka berperang dengan isi hati dan pikirannya.
Diamnya ialah cara untuk dirinya berperang tanpa harus berkata dari abjad A-Z,
berperang melawan sedu sedannya seorang diri. Tembok yang ia bangun untuk orang
lain terlalu keras, ia tekun untuk melakukan apapun, namun ia kalah untuk
mengetahui dirinya sendiri. Saat ini, ucapan Crista benar bahwa ia perlu untuk
melarungkan segenap sedu sedannya dengan kebebasan untuk berseri-seri sejenak.
Toh, hidup memang harus dinikmati dengan caranya sendiri, hingga kita menemukan
cara itu pas atau tidaknya hanya kita yang mengetahui hal itu. Sirius, tidak
menanggapi ucapan Crista dengan sigap ia melihat jam yang bertengger di lengan
kirinya.
“Baiklah ibu Crista yang terhormat, saya pamit undur diri mau
balik ke kedai untuk mencari sebongkah emas,” Ucap Sirius untuk pamit.
“Hmm baiklah, inget kamu berhak bahagia Rius,” Ucap Crista
lagi.
“Iya, iya aku denger kok kamu ngomong dari tadi,” Ucap
Sirius menyeringai.
Crista tidak heran dengan temannya yang satu ini, banyak
diamnya tanpa berkata. Namun, ia pun menghormati sikap Sirius yang seperti ini.
Mereka tetap berkawan, dan saling memberi support walaupun diam tanpa cerita.
#CeritaDiFebruariKe16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar