Pict by : Fidiar |
“Us, ada bapak datang,” ucap Aan dari kejauhan.
Maksud dari ucapan Aan ialah bapak pemilik kedai sedang
datang. Sirius mengangguk dengan segera berlari menuju kedai.
“Borno, mengapa kaca etalase ini sangat kotor sekali?” tanya
lelaki berusia 72 tahun itu.
“Maaf bapak, segera saya bersihkan,” ucap Borno seraya berlalu
untuk membersihkan.
Sirius datang bersama dengan Aan, menyalami lelaki berumur
72 tahun itu.
“Kau pula Aan, mengapa pula bajumu tidak kau ganti?” tanya lelaki itu.
“Maaf bapak, segera saya ganti,” ucap Aan.
Lelaki berumur 72 tahun itu memukul keningnya, melihat
tingkah kedua karyawan lamanya yang sungguh membuatnya pusing. Dilihatnya
Sirius yang tengah membantu Borno untuk membersihkan meja serta merapihkan
bangku.
“Eh kamu, siapa namanya? Saya lupa,” ucapnya.
Sirius menunjuk dirinya lalu dengan segera ia menghampiri
lelaki tersebut.
“Nama saya Rius pak Yoyo,” ucap Sirius.
“Ya, kamu tolong jaga depan kedai ya, sudah tahu dan belajar
racikan teh tarik?” tanya pak Yoyo.
“Ehm, anu pak saya-,” ucap Sirius menggantungkan kalimatnya.
Jelas saja ia belum terlalu bisa untuk melakukan ini, ia
gugup bahkan tidak tahu apa yang dilakukan pertama kalinya sebagai peracik teh
tarik. Untuk dua minggu bekerja disini, ia hanya memperhatikan Aan dan Borno
dalam kelihaian keduanya dalam meracik teh tarik dengan baik dan cepat, apa
pula dengan dirinya dengan modal memperhatikan apakah bisa? Batinnya dibuat bingung
bercampur takut akan nasibnya menangani pelanggan. Namun, inilah waktunya untuk
berani. Ini demi untuk bertemu dengan ibunya di Australia, ia harus bisa
melakukannya meskipun takut melandanya saat ini.
“Didampingi dengan Aan,” ucap pak Yoyo, melihat air muka
Sirius yang gugup.
Sirius mengangguk
“Aan, kau tengok dan bantu dia sampai kedai tutup,” titah
pak Yoyo.
Aan mengangguk paham, seraya mengajak Sirius yang diam tak
mengerjapkan matanya.
“Santuy Us, gue dulu waktu baru tiga hari kerja langsung
disuruh racik dan lebih parahnya si Borno gak bantuin. Beruntunglah lo
sekarang, gue bantuin,” bisik Aan seraya membersihkan peralatan.
“Bang, saya takut bakalan jadi kacau,” ucap Sirius gemetar.
“Tenang Us, tenang. Tarik napas, buang pelan-pelan. Jangan
kentut, awas,” ucap Aan menyeringai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar