Pict by : Canva |
Pelupuk mata Sirius memberi rona abu-abu, sendu
menyelimutinya. Crista meneguhkan pundak Sirius, memberinya daya kekuatan
walaupun tak banyak yang bisa ia bantu untuk saat ini.
“Rius, kamu pernah bilang kan? Kalo kamu yakin sama satu
hal, walaupun kamu belum melihatnya. Kamu itu sudah mendapatkannya,” ucap
Crista meyakinkan.
“Tapi sekarang aku ragu Ta, ragu untuk bisa ketemu sama
mama, aku nemuin surat mama yang isinya janggal dan tante Vin bilang itu sebuah
paksaan yang mama tulis disurat itu. Aku bahkan gak ngerti” ucapnya parau.
“Janggal gimana maksud kamu?” tanya Crista.
“Di surat itu mama bilang, mama akan pergi ke Indonesia jika
mama diijinkan pulang,” ucapnya.
“Berarti kalo sampe saat ini mamamu belum pulang, karena gak
diijinkan dari majikannya?” tanya Crista.
“Memang jalan satu-satunya aku harus ke sana Ta,” ucapnya.
“Kamu mesti cari part time kalo gitu,” ucap Crista.
“Aku mau pecahin celengan aku dulu Ta,” ucap Sirius beranjak
lalu melengos pergi.
“Rius!” panggil Crista.
“Rius, diajak ngobrol malah melengos pergi, kebiasaan,” keluh Crista.
Berbicara dengan seseorang yang dekat, melegakan bebannya
sedikit. Memberinya daya dan keyakinan untuknya dalam merencanakan ke
Austaralia menemui ibunya. Dari situs pencarian, Sirius mencari berbagai info
part time apapun untuk menambah uang sakunya selama pencarian menemui ibunya.
Dan ia mengumpulkan potret ibunya, lalu menyatukan potret
ibu dan dirinya, yang tercecar di buku album miliknya. Sirius mengusap potret
tersebut.
“Ma, Rius mau ke Aussie cari mama,” ucap Sirius menatap
lekat potret tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar