Menebak sewindu
Pada sisi daun pintu itu
Siapkan seberkas sinar
Teruntuk pagi dan malam
Menghalau dersik angin
Yang berpaling ke ufuk Selatan
Menebak sewindu
Sejauh lautan telah terselami
Sepekat gelapnya malam, terarungi
Sedekat nadi, menjadi detak
Satu, tersimpan namun diam
Dua, tersembunyi tak dapat diketahui
Menebak sewindu
Saat ibu memberi dua buah mata dadu
Beradu pada bilangan yang tak menyatu
Di atas papan pijak ular tangga
“Sudah berapa lama kau menebak? Mengapa pula masih diam ditempat? Berada di belakang si ular berekor panjang. Lekas, maju berangkat dari zona itu,” tutur ibu.
Menebak sewindu
Menangkap setiap jejak
Mengumpulkan tiap-tiap kepingan yang kau patahkan
“Hai, tuan kau tak kehilangan ekormu,” tuturku.
Menebak sewindu, aku sudah berjalan menjadi ekormu
Hempaskan ke kiri
Erat digenggam
Hempaskan ke kanan
Tak peduli
“Bu menjadi ekornya layaknya menjadi dekat di sisinya,”tuturku.
“Kau hanya akan menghabiskan waktu dan tenaga nak. Jika waktu tepat, kau akan menemukan jawabnya, kejarlah anganmu,” tutur ibu lembut.
Setelah tutur ibu mendekap dinginnya raga
Semestaku melepaskan seluruh perlengkapan dan waktuku menjadi ekormu
Berhenti untuk usai sampai di sini
Berhenti dan tak lagi menunggu di depan pintu itu
Menebak sewindu
Bersikukuh mengejar
Setelah tidak darinya tak lagi berujar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar