Pict by: Fidiar |
“Rius!” tegasnya
Sirius segera menoleh dan terdiam, Riko yang ditemuinya
penuh dengan sifat ramahnya tiba-tiba saja meledak-ledak memanggilnya.
“Lo bersihin seluruh meja kemarin kan?” tanyanya dingin.
“I-iya bang,” ucapnya terbata-bata.
“Lo kemanain tuh kertas-kertasnya?” tanyanya dingin.
“Saya buang bang, karena kemarin itu bercampur kertas
Koran,” ucap Sirius dengan sangat hati-hati.
“Gila, sumpah! Lo gak liat dulu itu kertas-kertas isinya
apaan?” ucapnya dengan marah.
Sirius terdiam, ia bahkan tidak tahu apa yang Riko maksud
dengan kertas-kertas yang berserakan di meja kasir kemarin.
“Kertas yang lo buang, itu kontrak kerjasama gue dengan
kolega gue di Australia. Dengan seenaknya lo buang, tanpa lo liat-liat lagi! Lo
kerja gak bener banget, kesalahan lo ini fatal dan gue gak bisa terima lagi,”
ketusnya.
“Bang, maaf saya salah. Saya minta maaf bang, saya cari
dokumen itu sampai ketemu,”ucapnya menahan tangis.
Riko terdiam, ia frustasi dengan hilangnya dokumen tersebut
karena kelalaian karyawannya.
“Jangan kerja seenak lo, gue disini bayar lo buat kerja
bener bukan kerja semaunya. Gara-gara kelalaian lo, kerjasama kita dengan brand
lain angus! Inget ini salah lo, dan gue gak mau lagi liat muka lo. Silahkan lo
pergi,” ucapnya dengan marah.
“Bang saya mohon bang, kesempatan satu kali lagi. Saya perlu
bekerja untuk ketemu mama bang, saya usaha cari dokumennya ya bang, saya
mohon,” ucapnya menangis seraya memohon.
Riko masih tersulut emosi, ia tetap pada pendiriannya
mengusir Sirius. Sirius sedih dan segera pergi menuju kedai dan berpamitan pada
Aan dan juga Borno. Dilihatnya dengan wajah lesu , Borno mengelus puncak kepala
Sirius. Ia sudah menganggap Sirius sebagai adiknya. Entah apapun caranya ini
bukan salah Sirius seorang, Aan dan juga Borno ingin juga membantu untuk
menemukan surat kontrak tersebut.
“Us, ini bukan salah lo, kita cari ya bareng-bareng,” ucap
Aan meneguhkan.
“Gak bang, jangan. Biar saya aja yang cari, ini salah saya,”
ucap Sirius lesu.
Sirius mengambil tasnya, dan kemudian pamit dengan segera.
Selama perjalanannya kembali pulang dengan wajah gusar, ia mencari-cari di
tempat sampah yang kemarin ia kunjungi. Dengan harapan ia percaya kertas
kontrak itu masih ada. Tak sengaja Crista melihatnya dari kejauhan, ia cepat
mengenali bahwa yang berada di tempat sampah itu ialah teman dekatnya-Sirius.
Ia menghampiri dengan wajah heran.
“Rius?” panggilnya.
Sirius menoleh dengan segera.
#CeritaDiFebruariKe20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar